Bangun Konektifitas Media Adat Dari Kampung untuk Dunia, Jurnalis Masyarakat Adat Tiga Negara Gelar Diskusi

Berita

Kantor AMAN Bogor menjadi tuan rumah Pertemuan Zoom Meeting Internasional yang diikuti oleh Dewan Nasional Jurnalis Masyarakat Adat Nusantara (AJMAN), serta aktivis media pendukung masyarakat adat dari Nepal dan Panama 29/12/2025. Acara ini dipimpin langsung oleh Sekretaris Jenderal AMAN, Ruka Sombolinggi, didampingi Ketua Asosiasi Jurnalis Masyarakat Adat (JMA) Nusantara Apriadi Gunawan, Deputi 1 Sekjen AMAN Eus Tobio, Direktur OKK AMAN Monang, Direktur Infokom AMAN Titi Pangestu, serta perwakilan Dewan Nasional dari 7 region di Indonesia.

Pertemuan virtual ini bukan hanya wadah diskusi, melainkan langkah strategis untuk memperkuat jaringan media masyarakat adat secara global. Mengawali sesi dengan penuh makna, Ruka Sombolinggi membuka diskusi dengan “salam nusantara” yang hangat, sekaligus memperkenalkan Asosiasi Jurnalis Masyarakat Adat Nusantara (AJMAN) kepada tamu internasional. “AJMAN lahir dari kebutuhan mendesak untuk memberi suara bagi masyarakat adat yang sering terpinggirkan,” ujar Ruka, menekankan peran media sebagai jembatan antara kampung adat dan dunia luar.

Para peserta dari berbagai region memperkenalkan diri dengan bangga, mewakili keragaman adat Nusantara. Hadir Galuh dari Osing, Arnold dari Toraja, Simon dari Flores,Iwan dari Kesepuhan Banten Kidul, Obed Kromsian dari Papua-Jayapura, Sepriadi dari Bengkulu, dan Debora dari Kalimantan.

Dev Kumar Sunuwar dari Nepal, Ketua Televisi Masyarakat Adat Nepal sekaligus anggota jaringan media adat global, berbagi kisah inspiratif. Sebagai pendiri jaringan radio masyarakat adat Nepal sejak 2017, Dev bertanggung jawab atas pengelolaan radio di seluruh Asia. Ia menjelaskan inovasi mereka, seperti penggunaan 21 bahasa (multibahasa) untuk menjangkau komunitas terpencil, pengembangan TV satelit dari 2016-2021, dan pendekatan media independen yang bebas dari kendali elite politik atau korporasi.

Tak kalah mengesankan, Dev menceritakan strategi penanganan COVID-19 berbasis tradisi adat yang mendapat apresiasi internasional, termasuk kemitraan dengan UNESCO, “Kami siap bertukar pengetahuan teknis tanpa meminta dukungan finansial,” tegas Dev, menawarkan kolaborasi langsung untuk memperkaya praktik media adat di Indonesia.

Sementara itu, Iniquilipi Chiari (Kilipi), pengelola TV Indigenus bangsa Kuna dari Panama, menyampaikan kegembiraan atas berdirinya AJMAN. Hampir 10 tahun lalu, mereka mendirikan stasiun TV ini untuk memberi ruang bagi pemimpin adat yang kesulitan berkomunikasi dalam bahasa internasional. Dengan menggunakan bahasa lokal, siaran mereka mudah dipahami di negara tetangga seperti Kolombia dan Brasil. Kilipi menekankan peran media dalam menghubungkan pemimpin dengan kampung, mencapai otonomi finansial, dan membangun kolaborasi global agar suara masyarakat adat bergema di panggung dunia.

Ruka Sombolinggi menegaskan bahwa pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari Deklarasi AJMAN pada 9 Agustus 2025 di Kesepuhan Guradog, Lebak Banten. Sementara Apriadi Gunawan, Ketua Umum Asosiasi JMA Nusantara, mengungkapkan bahwa asosiasi yang baru berusia 3 bulan ini telah menyatukan 370 kader di kampung-kampung adat melalui tahapan konsolidasi intensif.

Saat ini, AJMAN sedang merancang program kerja untuk Rakernas mendatang, melibatkan kontribusi 300 kader melalui website AMAN, majalah OKK, kanal internal, serta kolaborasi dengan Tempo (Tempo Wetness) dan Ruai TV. Beberapa kasus nyata yang dikerjakan jurnalis adat juga dibahas, seperti di Jayapura dan daerah lain, termasuk konflik hak ulayat melawan perusahaan sawit. “Tujuan kami memperkuat suara masyarakat adat yang mulai dianggap tak berdaya,” kata Apriadi.

Pertemuan ini menegaskan komitmen kolaborasi internasional demi mencapai otonomi media masyarakat adat. Fokus utamanya adalah membawa informasi dari luar ke kampung, dan sebaliknya dari kampung ke tingkat global. Para peserta saling bertukar informasi tentang kerja media untuk masyarakat adat, karena media adalah sarana utama mengungkap kondisi sebenarnya di balik narasi dominan.

Acara ini diakhiri dengan semangat solidaritas, membuka pintu bagi kerjasama lebih lanjut seperti pelatihan teknis, produksi konten lintas batas, dan advokasi bersama di forum internasional. AJMAN kini bukan hanya suara Nusantara, tapi bagian dari jaringan global yang memperjuangkan hak-hak adat. (ok)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *