AKSI 1000 LILIN, PERINGATI KEPERGIAN IRENE SOKOY BESERTA BAYI YANG DI KANDUNGNYA

Berita
Dorthea Wally salah satu Ibu / Perempuan Sentani yang turut merenung kepegawaian Irene Sokoy bersama bayinya

Oleh : Aser Nerotouw 

Suara Tabi – Kamis, 27 November 2025, Malam itu, Sentani seakan berhenti sejenak. Di jalan masuk Bandara Sentani, Kabupaten Jayapura ribuan lilin perlahan menyala satu per satu, seperti harapan kecil yang tak ingin padam.

Di balik cahaya itu, ada duka yang dalam: kepergian Irene Sokoy dan bayinya, yang tak sempat melihat dunia.

Nampak terlihat, Seorang anak kecil berdiri di antara kerumunan, memeluk lilin yang hampir meleleh di tangannya dan berkata.

“Mama, kenapa orang baik bisa pergi begitu cepat?” bisiknya. Sang ibu tak mampu menjawab, hanya meneteskan air mata sambil menggenggam tangan anaknya lebih erat.

Malam itu, bukan hanya Irene yang mereka tangisi, tetapi juga rasa kemanusiaan yang terasa seperti ikut tersayat.

Di sisi lain, seorang bapak menundukkan kepala, suaranya bergetar saat berdoa. Ia tidak mengenal Irene secara pribadi, tetapi rasanya seperti kehilangan keluarga sendiri.

Setiap lilin yang menyala menjadi simbol cinta, luka, dan doa yang tidak ingin berhenti dipanjatkan.

Di tengah keheningan, nama Irene Sokoy disebut pelan, disambut gumaman “amin” dari ratusan suara. Seakan seluruh Sentani merangkul Irene dalam pelukan terakhir yang tak sempat ia dapatkan dari dunia.

Ketika malam semakin larut, angin menerbangkan aroma lilin yang meleleh. Namun satu hal tetap tertinggal yakni harapan bahwa tidak ada lagi ibu yang harus pergi dengan cara seperti ini.

Harapan bahwa dari duka ini, lahir kembali kemanusiaan yang lebih hangat, lebih peduli, dan lebih sigap menyelamatkan hidup.

Seribu lilin padam perlahan, tetapi cahaya untuk Irene tetap menyala di hati setiap orang yang hadir malam itu. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *